Perempuan dengan Harapan
Sambil
menggigit gusi pipi dalam mulutnya, perempuan itu tampak berpikir keras di
depan laptop. Sesekali ia memainkan ujung rambut untuk memperlancar proses
penuangan ide ke dalam blog pribadinya. Keningnya berkerut, tetapi setelah ia
berhasil menulis satu kalimat, senyum kecilnya tampak menghiasi wajahnya.
Mimpi,
hobi, dan pengalaman. Itulah yang
dituangkan sang perempuan lewat tarian jari jemarinya di atas keyboard laptop.
Bicara
soal mimpi, terkadang seseorang terlalu takut melaksanakan mimpinya karena segala
komponen yang melingkupi seperti resiko, pesaing, dan tantangan. Ketakutan yang
membesar itu kemudian berbuah-buah dan menjadikan seseorang mundur teratur dari
mimpinya. Bukan tidak mampu, tetapi takut. Bukan tidak mau, tetapi tidak
berani. Ada pula tipe lan. Sudah berani mencoba melakukan mimpinya tetapi tidak
mau mengenal proses sehingga pada akhirnya berhenti di tengah jalan. Dalam
meraih mimpi, tentunya diperlukan keberanian dan ketekunan. Tanpa dua hal utama
tersebut, tentu akan sulit untuk menjalaninya.
Beralih ke
hobi. Tak dapat dipungkiri, seseorang pasti memiliki suatu hal yang sangat
disukainya sampai ia bisa melupakan waktu ketika mengerjakannya. Pertanyaannya,
bergunakah hal yang ia suka itu? Apakah merugikan orang lain dan diri sendiri?
Jika jawaban dari pertanyaan itu negatif, untuk apa terbelenggu dalam hobi yang
tidak menguntungkan? Lebih baik fokus saja kepada hal-hal yang dapat membangun
diri, lebih bagus dapat membangun orang lain. Lebih bagus lagi, kalau bisa
menjadi penghasilan.
Persoal
pengalaman. Saat ini kita sedang duduk di era serba digital dan banyak sekali
manusia yang terbelenggu oleh teknologi. Teknologi memang baik digunakan
karena sifatnya yang dapat membantu manusia berjalan lebih jauh. Namun,
kemudahan mengakses teknologi membuat manusia malas mengalami sesuatu sendiri.
Banyak sekali manusia, khususnya remaja yang seringkali mengunci diri di kamar
seharian untuk menjelajah dunia dengan teknologi. Akibatnya muncul sifat malas
bergaul dan berusaha (karena kemudahan tersebut). Padahal, sesuatu yang dialami
secara langsung pastinya akan terasa lebih menyenangkan dan tak terlupakan
daripada yang dialami dalam teknologi.
Di tengah
ketikannya, perempuan itu terdiam. Dalam hatinya ia berharap bisa menginspirasi
orang lain. Bukan menjadikan orang lain ingin menjadi dirinya, tetapi
menjadikan orang lain bersyukur menjadi dirinya sendiri. Bersyukur menjadi diri
sendiri sama dengan memaksimalkan kelebihan yang dimiliki untuk terus berkarya seberapa
muda atau tua umurnya tanpa membandingkan dengan orang lain.
Kemudian,
perempuan itu kembali menuangkan ide-idenya dalam bentuk ketikan.
0 comments