Perempuan dengan Harapan

by - November 22, 2017

Sambil menggigit gusi pipi dalam mulutnya, perempuan itu tampak berpikir keras di depan laptop. Sesekali ia memainkan ujung rambut untuk memperlancar proses penuangan ide ke dalam blog pribadinya. Keningnya berkerut, tetapi setelah ia berhasil menulis satu kalimat, senyum kecilnya tampak menghiasi wajahnya. 
Mimpi, hobi, dan pengalaman. Itulah yang dituangkan sang perempuan lewat tarian jari jemarinya di atas keyboard laptop.  
Bicara soal mimpi, terkadang seseorang terlalu takut melaksanakan mimpinya karena segala komponen yang melingkupi seperti resiko, pesaing, dan tantangan. Ketakutan yang membesar itu kemudian berbuah-buah dan menjadikan seseorang mundur teratur dari mimpinya. Bukan tidak mampu, tetapi takut. Bukan tidak mau, tetapi tidak berani. Ada pula tipe lan. Sudah berani mencoba melakukan mimpinya tetapi tidak mau mengenal proses sehingga pada akhirnya berhenti di tengah jalan. Dalam meraih mimpi, tentunya diperlukan keberanian dan ketekunan. Tanpa dua hal utama tersebut, tentu akan sulit untuk menjalaninya.
Beralih ke hobi. Tak dapat dipungkiri, seseorang pasti memiliki suatu hal yang sangat disukainya sampai ia bisa melupakan waktu ketika mengerjakannya. Pertanyaannya, bergunakah hal yang ia suka itu? Apakah merugikan orang lain dan diri sendiri? Jika jawaban dari pertanyaan itu negatif, untuk apa terbelenggu dalam hobi yang tidak menguntungkan? Lebih baik fokus saja kepada hal-hal yang dapat membangun diri, lebih bagus dapat membangun orang lain. Lebih bagus lagi, kalau bisa menjadi penghasilan.
Persoal pengalaman. Saat ini kita sedang duduk di era serba digital dan banyak sekali manusia yang terbelenggu oleh teknologi. Teknologi memang baik digunakan karena sifatnya yang dapat membantu manusia berjalan lebih jauh. Namun, kemudahan mengakses teknologi membuat manusia malas mengalami sesuatu sendiri. Banyak sekali manusia, khususnya remaja yang seringkali mengunci diri di kamar seharian untuk menjelajah dunia dengan teknologi. Akibatnya muncul sifat malas bergaul dan berusaha (karena kemudahan tersebut). Padahal, sesuatu yang dialami secara langsung pastinya akan terasa lebih menyenangkan dan tak terlupakan daripada yang dialami dalam teknologi.
Di tengah ketikannya, perempuan itu terdiam. Dalam hatinya ia berharap bisa menginspirasi orang lain. Bukan menjadikan orang lain ingin menjadi dirinya, tetapi menjadikan orang lain bersyukur menjadi dirinya sendiri. Bersyukur menjadi diri sendiri sama dengan memaksimalkan kelebihan yang dimiliki untuk terus berkarya seberapa muda atau tua umurnya tanpa membandingkan dengan orang lain.

Kemudian, perempuan itu kembali menuangkan ide-idenya dalam bentuk ketikan.

You May Also Like

0 comments